Rina adalah seorang guru sejarah
disalah satu sekolah SMA. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak.Ibu guru Rina sangat
cantik, kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tingginya 170 dan
beratnya sekitar 50 kg serta ukuran payudaranya 36B. Semua murid-muridnya,
terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya telanjang.
Suatu hari Rina terpaksa harus
memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus
mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena
kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga
beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Rina, kedatangan Anto ke
rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak
itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu
siang ini.
”Sudah selesai Anto?”, Rina masuk
kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
”Hampir bu”
”Kalau sudah nanti masuk ke ruang
tengah ya saya tinggal ke belakang..”
”Iya..”
”Bu Rina, Saya sudah selesai”,
Anto masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.
”Ibu dimana?”
”Ada di kamar.., Anto sebentar
ya”, Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk
merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat
jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto
nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut
panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka
murid-muridnya.
”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu
periksa..”Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat pandangannya
terarah ke buah dadanya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok
pakai menyontek segala..?”
”Maaf Bu, hari itu saya lupa
untuk belajar..”
”oo…, begitu to?”
”Anto kamu mau menolong saya?”,
Rina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar
ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu
mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.
”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan
bocorkan pada siapa–siapa”.”
Tapi tapi…, Saya”.
”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan
ya?”.Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Rina
”Iya”
”Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Rina kemudian duduk di pangkuan
Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena haus
akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan
ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina
menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai
ular.
Setelah puas, Rina kemudian
berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya
berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi
kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
”Lepaskan pakaiannmu Anto”, Rina
berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai
sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Anto”, Rina mendesah tidak sabar.
Anto kemudian berlutut di samping
gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks
hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
”Anto…, letakkan tanganmu di dada
Ibu”,Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik.
Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu.
”Oohh…, enakk…, begitu caranya…,
remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Anto melakukan
apa yang gurunya katakan.
”Ibu…, Boleh saya hisap susu
Ibu?”.Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil
menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu
suka”.
Tubuh Rina menegang ketika
merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia
pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
”Oohh…, jilat terus sayang…,
ohh”, Tangan Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.
Anto semakin buas menjilati
puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang
nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan
puting gurunya tersebut.
”mm…, nakal kamu”, Rina tersenyum
merasakan tingkah muridnya itu.
”Sekarang coba kamu lihat daerah
bawah pusar Ibu”.Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka
lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.
”Coba kamu rasakan”, ia
membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya.
”Hangat Bu..
”Bisa kamu rasakan ada semacam
pentil…?”
”Iya..”
”Itu yang dinamakan kelentit, itu
adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”
Pelan-pelan jari Anto
mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…,
gosok”, Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok
oleh Anto.
”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”,
Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
”Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini
telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya
merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani
mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya
yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
”Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Rina
mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot
kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang
telah lama tidak dirasakannya.
”Hmm…, kamu lihai Anto…,
Sekarang…, coba kamu berbaring”.Anto menurut saja. Penisnya segera menegang
ketika merasakan tangan lembut gurunya.
”Wah…, wahh.., besar sekali”,
tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan
berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya
itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras,
sehingga Anto merintih keenakan.
”Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa
sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke
dalam kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan
Rina.
”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah
cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang segera menjilati cairan itu hingga
tuntas.
”Hmm…, manis rasanya Anto”, Rina
masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.
”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Rina sedang membelakangi
muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang
mendekapnya dari belakang.
”Anto…, biar Ibu minum dulu”.
”Tidak…, nikmati saja ini”, Anto
yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.Gelas yang dipegang rina
jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan
pintu kulkas.
”Ibu…, sekarang!”
”Ahhkk”, Rina berteriak, saat
Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam
hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi
liar.
”Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”.
Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan
Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan
penisnya yang keras melumat liang vaginanya.
”Ibu menikmati ini khan”, bisik
Anto di telinganya
”Ahh…, hh”, Rina hanya merintih,
setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
”Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto
mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa”
”Anto…, Anto jangann…, di dal..
La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat
di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan
keras pinggulnya.
”Uuhgghh”,
Penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas
lagi ke dalam liang Rina.
”Ahh”.