Aku Indo ( chinese ) asal Manado
usia kira-kira 28 tahun, aku udah menikah dan punya anak satu, entah dari mana
asalnya aku dikenal sebagai dokter, padahal aku gak pernah kuliah jurusan
kedokteran, tapi ada aja orang yang datang padakau untuk konsultasi.
Suatu hari telepon di kantorku berbunyi. Saat kuucapkan "halo", terdengar suara merdu dari seberang sana.
"Siang, bisa bicara dengan
Pak Vito?"
"Ya, saya sendiri, dengan
siapa saya bicara?"
"Oh, ini Pak Vito? Pak, ini Herlin dari
toko handphone " Aku hanya mengiyakan, aku tahu itu adalah sebuah toko
handphone di mall ini. Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah
operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku
meleset.
"Ada yang bisa saya bantu Bu
Herlin?" Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih
muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas.
"Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak,
saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?"
"Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang
kapan saja Anda suka."
10 menit kemudian, gadis muda berusia 22 tahun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 8 (menurutku).
"Apa yang membuat Ibu
berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini
aja PD kok"
Dia tersipu sambil berbisik,
"Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya
Herlin."
Aku mengangguk."Dan jangan
panggil aku Pak, panggil aja Vito." Dia mengangguk.
"Dan.., kamu bisa menyimpan
rahasia ngga Vito?" Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia
menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.
Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai "pasien" yang mempunyai keluhan seperti ini.
"Herlin, jujur saja aku baru pertama kali
menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tahu kan, kalau selama ini aku hanya
menangani pasien pasien dengan keluhan yang 'lumrah', Aku ngga tau bisa
berhasil atau tidak. Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke
istriku?" Herlin mengangguk dan tersenyum.
"Aku tidak akan menceritakannya kepada
siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tahu. Dan aku harap kamu mau
mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?" Aku
berpikir keras sebelum aku menyanggupinya. Herlin tersenyum dan memberikan
kartunamanya kepadaku.
"Aku tunggu kamu di rumahku
malam ini jam delapan."
Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Herlin. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.
"Kamu tinggal sendiri di
sini?" tanyaku.
"Ngga, sama temen-temen,
tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu
datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu
temen-temen pulang" Aku mengangguk dan mengikuti Herlin yang melangkah ke
kamarnya.
Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Herlin membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku. Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut.
Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Herlin memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya.
Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Herlin membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku. Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut.
Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Herlin memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya.
"Vito.., jangan disitu terus
dong mijitnya, geli.." Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering
berada di daerah sekitar putingnya.
"Ha? ehm.. iya.. maaf."
Herlin mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata,
"hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka
kok.. Cuma agak geli aja.." kata-katanya membuatku semakin gugup.
"eh.. kayaknya hari ini
cukup dulu deh Lin, mungkin besok bisa diterusin.." jawabku.
Herlin semakin ngakak,
"Vito.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa?
takut ketahuan istri kamu ya?"
Herlin merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik,
"Vito.., sudah lama aku menantikan hal
ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Vito.. Bercintalah
denganku Vito.." Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego.
"Aku pikir kamu salah orang Lin.. Kalau
kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk,
eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku
sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?"
tanyaku tak percaya.
Herlin tersenyum manis dan
berkata, "Vit, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan
pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat
juga dong, susuku kan kecil juga. Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian
aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian.."
Jelasnya panjang lebar. Herlin menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin
menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Herlin menciumi seluruh
wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu.
Herlin membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut.
Kurasakan bulu ?bulu halus di
sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Herlin tidak
berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap
dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak.
Barangku memang tidak panjang,
bahkan bisa dikatakan ukuran mini. Herlin mulai mengelus-elus adikku dan
mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat
menyentuh batang kemaluanku. Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang
dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang
rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Kuelus bukit kemaluannya dari
luar CD yang ia kenakan, Herlin melenguh,
"oouuhh.. Vito.., aku milikmu.." Aku
hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku,
kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas
payudaranya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya
dan membelai bukit kemaluannya. Perlahan kubuka belahan vaginanya, terasa
sekali vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari
vaginanya.
Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Herlin mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini.
"aauuhh..aahh.. oohh teruuss Viit,
teruuss.. Aaahh.." Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu
padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan
lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan
kenikmatan. Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit
ke dalam lubang vaginanya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya,
"jangan.."
Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku,
Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku,
"I'm still virgin.., aku
ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini," katanya sambil
mengelus kemaluanku.
" Lagi-lagi aku terkejut.
Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya
sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku,
masa aku harus memerawaninya?
"Lin, kamu masih perawan?" tanyaku
tak percaya. Dia mengangguk.
"Aku ingin memberikan
mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi
istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi
untuk apa kita tunggu lama-lama?" Herlin mengatakan hal ini dengan mantap.
Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. "Aku siap untuk menerimamu sayang.."
Setelah ia mengatakan ini, aku
langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat. Dia menciumi wajahku
dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan vaginanya.
Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
Perlahan-lahan kutusukkan penisku ke vaginanya, Herlin memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong penisku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess..
"hheegghh..aauuhh.."
Herlin menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi penisku,
mengalir keluar ke pangkal pahaku. Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan
pantatku maju mundur dan terasa jepitan vagina Herlin di penisku. Herlin mulai
merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya
yang membuat suasana bertambah merangsang.
"mmhh..mmhh..aauuhh..oohh..
Vitoo.. teruuss.. auuhh..
Aduh.. Pelan dikit Vito.. "
"Herlin.. oohh.. enak banget
sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Lin.."
"Ooouuhh.. aku ngga tahan
Vito.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aku.. aku.. ngga tahan lagi..
aahh..Vito.."
"Jangan ditahan Lin..,
keluarin aja.. "
"Vitoo.. Auuhh.. aku sayang
kamu Vitoo.."
seerr..seerr..serr.. terasa
hangat di penisku saat Herlin mengalami orgasme.
Aku tetap menggoyangkan pantatku
maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan
penisku dengan vagina Herlin.
Creep..creep..creek..clopp.. creek..
Herlin terkulai lamas merasakan
kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks,
"Lin, aku.. mau..
keluaarr.."
"iyaa.. Keluarin aja.. di
daleem.." beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di
dalam vaginanya
creett..creett.. cruutt.. creett.. Beberapa kali spermaku menyemprot di dalam vagina Herlin.
Aku merebahkan diri di samping Herlin, dan selintas kulihat spermaku bercampur darah perawan Herlin mengalir keluar dari vagina Herlin. Kulihat wajah Herlin begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Herlin membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata,
"Vito, jangan tinggalkan aku
yah.. Aku sayang banget sama kamu.." Aku hanya mengangguk pelan, walau di
hatiku masih terdapat kebimbangan. Sampai aku menulis cerita ini hubunganku
dengan Herlin masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetahuinya.
Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Herlin adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi. Untuk para netters yang ingin berbagi pengalaman dengan saya, silakan kirim imel. Begitu juga bagi para netters yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan alternatif, juga dapat menghubungi saya via imel atau telepon langsung. Terima kasih.