Sebelumnya perkenalkan, sebut saja namaku
Cindy umur 20 tahun. Aku akan menceritakan kisah seruku waktu masih duduk di
bangku kelas 2 SMA di Surabaya. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal. Aku
termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Temanku banyak, karena
aku orangnya seru dan gokil. Dan aku juga suka pesta, bukan pesta sex lho
he2… Beberapa waktu sekali aku dan teman teman ’se-gank’ suka mengadakan pesta
di berbagai tempat. Kalau lagi ada uang kami bahkan menyewa restoran hotel untuk
pesta. Dengan mengundang teman-teman seangkatan, kami patungan untuk menyewa
tempat. Kadang di Westin, Sheraton, Shangri-la atau Majapahit.
Aku sangat menikmati masa-masa
SMA dulu, berkumpul dengan teman-teman. Meskipun aku anak yang pandai tidak
berarti aku anak yang belajar melulu. Aku juga pernah ikut teman-teman bolos
pelajaran atau eskul. Malah pernah aku terlibat ngerjai guru. Lucu sekali.
Untung dengan wajahku yang polos ini aku dapat lolos dari hukuman. Aku bilang
kalau aku tidak ikut-ikut. Dan para guru percaya. Yang kena ya teman-teman
pria.
Selain teman wanita, aku juga
punya banyak teman pria. Tapi aku selalu memegang prinsip, bahwa selama belum
kuliah aku tidak akan pacaran. Soalnya rugi. Aku tidak akan mendapatkan teman
yang banyak. Beberapa dari mereka pernah berusaha menjadikanku pacar. Menurut
mereka aku cukup keren dan asyik. Tapi aku ya menolak dengan halus sehingga
tidak menyakiti perasaan mereka. Soalnya mereka juga teman sendiri. Kalau sakit
hati kan persahabatan bisa bubar.
Kupikir-pikir aku memang keren
kok. Hihihi… Yang jelas aku rutin aerobic seminggu tiga kali. Postur tubuhku
juga lumayan, tapi beberapa teman mengatakan aku agak kurus. Dengan tinggi 163
cm, beratku hanya 46 kg. Tapi biarlah tidak pa-pa. Yang penting kan sexy.
Kejadian mendebarkan dan tidak
akan terlupa kualami waktu pesta Valentine bulan Februari. Seperti biasa, kami
segera mempersiapkan event besar ini dengan pesta yang heboh. Bahkan kami
menentukan tema pesta kali ini. Seluruh undangan harus pakai kostum aneh. Asyik
juga meskipun akhirnya tidak ada yang sewa kostum, hanya kostum bikinan sendiri
hasil modifikasi bersama.
Aku sendiri memakai gaunku yang
model jaman kerajaan. Seperti gaun Cinderella dengan rok menggembung disumpal
jalinan kain dan sejenis kawat lentur seperti kandang ayam. Payah juga. Agak
mengganggu waktu duduk. Tapi saat aku memakainya aku seperti melihat wanita
anggun tempo dulu. Hanya kurang payung kecil dan wig pirang. Aku mempersiapkan
kostum ini semalaman dibantu Mamaku. Aku rasa ini akan jadi pesta Valentine
terheboh sepanjang SMA.
Karena pada saat itu semua hotel
tidak menyewakan restorannya (karena masing-masing sudah punya pesta
Valentine), maka kami sepakat untuk menggunakan villa salah satu teman kami di
Trawas. Villa ini besar sekali dan full fasilitas. Kami sudah sering menginap
beramai-ramai di tempat ini.
Kami mengundang banyak sekali
anak kelas 2. Maka saat kami memulai pestanya kami benar-benar seperti dalam
acara besar. Ada yang berkaraoke, ada yang joget dan ada yang main billyard. Pokoknya
kami menikmati seluruh fasilitas di villa.
Mendekati puncak acara, yaitu
disko ramai-ramai, aku pergi ke meja minuman untuk mengambil minum lagi. David
temanku yang anak orang kaya itu mensponsori berbagai macam minuman, dari yang
beralkohol sampai juice buah-buahan. Aku tertarik dengan minuman berwarna hijau
daun yang entah sampai saat ini aku tidak tahu namanya. Mungkin Fanta, hihihi.
Tiba-tiba dari bawah meja yang
ditutupi taplak besar muncul salah satu temanku Andi.
Aku kaget dan bertanya, “Ngapain
kamu?”
Dia bilang kalau mau bikin
kejutan di tengah arena disko dengan muncul tiba-tiba pakai kostum Zorro. Aku
hanya tertawa mendengarnya. Soalnya dari tadi Andi tidak muncul. Baru muncul
sekarang dengan kostum Zorro-nya yang kacau balau.
Sekedar informasi, Andi adalah
sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. Dari kecil kami
selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju
kembaran. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek
perumahanku sekitar tahun 1980an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama
Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi ya kusimpan
baik-baik saja. Yang tahu hanya sahabatku Rosa.
Aku menyetujui usulnya. Kemudian
dia bilang kalau dia butuh bantuanku. Dia mau sembunyi di dalam rokku yang
besar, terus aku disuruh jalan ke tengah arena, dan dia segera muncul. Kemudian
berlagak menyandera salah satu cewek. Jelas saja aku tidak mau. Kesenangan dia
dong. Terus dia bilang kalau dia kan sudah sering lihat aku berenang. Buat apa
malu. Lagipula ini kan teman-teman sendiri.
Setelah kupikir-pikir, oke lah.
Dia toh sudah sering melihatku pakai baju renang maupun baju senam kok. Dan aku
tidak malu. Selama ini Andi juga tidak pernah kurang ajar padaku. Malah cenderung
memperhatikan dan menyayangiku.
Kemudian setelah mendapat
persetujuanku, dia segera mempersiapkan topengnya dan masuk ke dalam rokku.
Tidak ada yang melihatnya masuk ke dalam rokku, karena meja minuman ini ada di
sudut samping tangga, agak jauh dari kerumunan. Jadi semua berjalan lancar. Aku
senyum-senyum saja membayangkan rencana si Andi. Sebenarnya risih juga ada
seorang pria, meskipun si Andi, berada dekat sekali dengan daerah pinggulku.
Tapi kupikir toh dia sudah sering lihat. Aku merasa dia sedang membetulkan
posisinya di dalam rokku. Memang rokku besar juga dan Andi orangnya kurus. Tapi
pasti cukup sulit bagi orang setinggi kira-kira 175 cm untuk bergerak.
Tiba-tiba bagai disambar petir,
aku baru ingat kalau aku ternyata hanya pakai celana dalam terbaruku yang model
G-string. Model celana dalam yang bagian depannya kecil sekali dan bagian
belakangnya masuk di antara pantatku. Selain itu aku hanya pakai stocking warna
coklat. Wajahku mendadak bersemu merah. Jantungku berdebar. Andi belum pernah
melihat pantatku terbuka sedemikian rupa. Dia pasti melihat pantatku. Aku
segera panik dan berusaha memanggil Andi.
Aku baru sadar kalau Andi diam
saja di dalam rokku. Aku hanya merasakan hembusan napasnya di pahaku. Berarti
dia sedang melihat daerah kemaluanku. Aku menepuk-nepuk rokku dan berusaha
memanggilnya. Tapi dia diam saja. Kemudian kulihat Rosa dan Dewi menghampiriku.
Mereka mengambil minum dan menanyakan kenapa aku berdiri di pojok terus. Kok
tidak bersama teman yang lain.
Sementara aku bercakap-cakap
dengan Rosa dan Dewi, aku merasa kalau Andi berpindah ke belakang. Sial. Dia
pasti sedang menikmati pantatku yang montok. Aku merasa hembusan napasnya yang
dekat sekali. Sedetik kemudian dia mulai meraba pantatku. Aku tersentak,
sehingga Rosa bertanya. Aku berusaha menjelaskan kalau aku hanya kaget karena
minuman yang kuambil ternyata tidak enak. Aku segera berlagak mengganti dengan
minuman yang lain.
Dalam hatiku berkata, “Awas kamu
Ndi..!”
Sebenarnya aku bisa saja menolak
dengan mengangkat rokku atau bergerak ke samping, sehingga Andi keluar. Tapi
ada perasaan aneh dan mendebarkan kala Andi meraba pantatku. Aku merasakan
sensasi yang aneh yang belum pernah kurasakan.
Tahu kalau aku tidak marah, Andi
semakin berani. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut, dari batas pinggul ke
bawah terus hingga daerah selangkangan. Kemudian dia mengusap-usap perlahan
dengan gerakan tidak beraturan. Kadang berputar lebar, kemudian makin ke
tengah. Aku begitu menikmatinya walau aku terus berbicara dengan Rosa dan Dewi.
Entah rona wajahku berubah atau tidak.
Kemudian Rosa mengajakku karaoke.
Aku bilang kalau aku masih mau mencobai minuman yang ada. Setelah Rosa dan Dewi
pergi dengan keheranan, aku setengah berbisik memanggil Andi. Kutepuk kepalanya
(kira-kira) dan kusuruh segera keluar meskipun sebenarnya aku penasaran.
Andi hanya berkata, “Sebentar..!”
sambil tetap meneruskan aksinya.
Kemudian disco time mulai. Lampu
mulai dipadamkan, hanya lampu disko mini punya Samuel yang dinyalakan. Sehingga
suasana cenderung gelap. Hanya arena disko yang agak terang dengan lampu warna
warni. Kulihat beberapa pasangan mulai larut dalam kegelapan. Ada yang asyik
berciuman, ada yang berdansa mesra, bahkan kulihat pasangan yang asyik petting
di sofa. Aku mengingatkan Andi untuk segera memulai aksinya. Namun dia diam
saja. Aku jadi salah tingkah.
Melihat suasana yang mendukung,
Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi
pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang
kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati
keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak.
Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih
menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.
Saat itu perasaanku campur aduk.
Otakku sudah lepas kontrol. Karena Andi merasa aku hanya setengah hati
menyuruhnya keluar, dia semakin berani. Dia berpindah ke depan dan menempelkan
mulutnya di daerah kemaluanku. Dengusan napasnya yang hangat sampai di antara
pahaku. Aku bergetar dan mulai menyukainya. Aku diam saja waktu dia menciumi
dan menjilati daerah itu sampai celana dalamku basah. Aku merasa otot-otot di
sekitar kemaluanku mengejang. Rasanya seperti merapat terus.
Dia terus menjilati dan menyedot
sambil tangannya meremas-remas pantatku.
“Aahh..!” hanya desahan tertahan
itu yang keluar dari mulutku.
Pantatku menegang terus karena
geli dan nikmat. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan, karena ini
pengalaman baru bagiku. Aku hanya merasakan dan merasakan. Suaraku tenggelam
dalam suara keras house music yang berdebam-debam.
Kemudian Andi melakukan suatu hal
yang paling mengejutkan seumur hidupku. Dengan beraninya dia menurunkan celana
dalamku sampai ke paha. Aku malu sekali. Dia melihat hal yang tidak boleh
dilihat. Dia melihat kemaluanku. Matanya tepat di depan kemaluanku. Sesuatu
yang tidak pernah dilihat pria manapun sejak ditumbuhi bulu. Aku malu sekali
dan menyuruhnya menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah melepaskan celana
dalamku sampai ke bawah.
Aku hampir marah padanya sampai
tiba-tiba aku merasa ada benda lembut dan hangat lewat di antara paha yang
kurapatkan menyentuh permukaan kemaluanku.
“Aahh..!” aku menjerit tertahan.
Antara kaget dan geli, kusadari
dia menjilati kemaluanku. Lembut sekali. Mendadak kemarahanku hilang tidak
berbekas, bahkan ingin dia tetap meneruskan. Aku memejamkan mata dan mengerang.
Aku berpegangan pada sisi tangga dan meja minuman. Lidahnya bermain ke sana
kemari. Benar-benar nikmat. Tanpa terasa aku semakin melebarkan kakiku.
“Ahh..!” jilatannya semakin
terasa.
Seakan tahu keinginanku, Andi
memasukkan wajahnya di antara pahaku dan menjilati kemaluanku sepuas-puasnya.
Seluruh kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Kemudian dengan kuat dia menghisap
kemaluanku. Rasanya seluruh cairanku terhisap keluar. Badanku menegang seperti
orang kesetrum.
Setelah itu, lidahnya menjulur
keluar masuk secara terus menerus namun lembut. Terbersit perasaan malu, namun
nafsuku mengalahkannya. Pikiranku sudah terbang ke khayangan.
Uuhh..! Apalagi aku merasakan
lidahnya bermain di antara belahan bibir kemaluanku. Dihisap, dikulum, dijilat
dan diciumi. Sampai pada tahap lidahnya memainkan klitorisku.
Uuahh… Sensasinya, benar-benar
membuatku terlena. Dengan ujung lidahnya dia menjilati klitorisku. Ke atas ke
bawah, berputar dan kadang dengan seluruh permukaan lidahnya yang lebar,
melewati klitorisku ke depan dan ke belakang.
Aku sudah tidak perduli pada
sekeliling. Toh suasana gelap. Aku membiarkan Andi menjilati dan memainkan
kemaluanku. Celana dalamku terasa mengganggu sehingga aku membiarkan Andi
melepaskannya dari kakiku. Kemudian salah satu kakiku dinaikkan ke pundaknya.
Aahh… Semakin nikmat. Aku membiarkan dia menghisap sambil kedua tangannya
menyibak bibir kemaluanku. Aku merasa kemaluanku terbuka lebar dan bagian
dalamnya dijilati oleh lidahnya yang lembut.
Luar biasa..! Benar-benar nikmat
tidak terkira. Aku seperti orang gila yang menahan erangan. Ingin rasanya aku
berteriak merasakan aksinya sepuas-puasnya.
Dalam waktu kira-kira sepuluh
menit dia mengerjai kemaluanku, aku merasa ada dorongan aneh. Seluruh otot di
daerah kemaluanku mengejang dan rasanya seperti ada sesuatu yang mau keluar
dari kemaluanku. Aku tidak dapat menahan dan mencengkram pinggiran meja dengan
kuat. Andi tetap menjilati klitorisku dengan cepat. Dan akhirnya, setelah
perasaan yang tidak dapat kugambarkan karena nikmatnya, aku menjadi lemas,
lemas sekali. Seakan-akan seluruh tulangku lepas. Aku sempoyongan. Untungnya
Andi sigap dan menyangga kedua kakiku.
Dengan susah payah aku
berpegangan pada tangga dan Andi keluar dari rokku dan memapah pundakku.
Kemudian kami menyadarkan diri di tangga dan dia mengambil minuman segar dan
menawarkan padaku. Aku mengangguk malu. Setelah kami berdua minum, dia segera
mencium pipiku seperti biasa dan menanyakan padaku apa aku suka dengan
tindakannya tadi. Ciumannya terasa lain. Lebih lembut. Aku pura-pura marah dan
mengatakan aku tidak suka. Tapi Andi kembali mencium pipiku dan menggodaku
dengan bertanya enak mana dihisap, dijilat atau dikulum? Aku memukul bahunya
sambil menyembunyikan wajahku yang tersipu.
Aku masih malu sekali mengingatnya.
Mungkin kalau lampunya terang dia dapat tertawa melihat wajahku yang tidak
karuan. Sambil mengantongi celana dalamku yang jatuh di lantai dia berkata
kalau pernah lihat BF dan ingin mempraktekkan apa yang dilihat. Terutama dia
penasaran dengan kemaluan cewek. Penasaran apakah cewek memang bereaksi seperti
itu atau hanya acting saja. Karena itu waktu melihat celana dalamku yang seksi
itu dia penasaran ingin mencobanya.
Sialan, terus aku yang dijadikan
kelinci percobaan pikirku.
“Tapi itu nggak akan membuatku
hamil kan..?” aku bertanya polos.
Dia tertawa dan berkata, “Gile
kamu Cin, nggak ada yang masuk ke kemaluanmu kok. Kamu masih perawan, bagaimana
bisa hamil..? Lagipula aku nggak akan merusak masa depanmu. Aku sayang banget
sama kamu.”
Lega juga mendengar perkataannya.
Aku sudah berpikir yang
tidak-tidak. Bagaimana kalau aku hamil..? Bagaimana kalau aku sudah tidak
perawan..? Bagaimana kalau aku tidak kawin dengannya..? Namun aku lega semuanya
tidak akan terjadi.
Malam itu aku meneruskan pesta
sampai pulang tanpa menggunakan celana dalam, rasanya aneh, dingin. Sedang
otot-otot kemaluanku masih berdenyut-denyut nikmat seperti perasaan mau pipis.
Soalnya ini pertama kali aku orgasme. Ternyata asyik dan menegangkan juga
berada di antara teman-teman tidak memakai celana dalam. Dan mereka tidak tahu.
Celana dalamku yang basah dimasukkan tasnya Andi bersama pakaian gantinya. Dia
janji akan mengantarkan lewat pos. Sialan dia.
Sejak saat itu aku semakin akrab
dengan Andi. Aku terkadang masih suka membayangkan perbuatannya pada
kemaluanku. Kenikmatannya yang mengasyikkan. Andi juga semakin dekat padaku.
Kemana-mana makin sering berdua. Sampai teman-teman mengira kami jadian. Kalau
di rumah tidak ada orang, kami sering mandi bersama. Dan Andi masih sering
melakukan kesukaannya mengerjai kemaluanku sampai aku orgasme, kali ini sambil
meremas-remas payudaraku.
Aku juga mulai belajar menghisap
burungnya Andi. Lewat BF, aku belajar merangsang burung agar mencapai orgasme.
Soalnya aku kasihan melihat dia selalu onani setelah memuaskan aku. Andi baik
juga, dia tidak memaksaku melakukan itu. Dia hanya senang kalau aku orgasme.
Aku jadi semakin tidak enak mendengarnya. Maka itu aku cari kesempatan
mempraktekkan ‘ilmuku’ saat rumahku kosong.
Di siang hari, di rumah aku
sering sendirian. Kakak perempuanku sekolah di luar negeri, sedang ayahku kerja
sampai sore. Kalau ibuku sering aktif di beberapa organisasi sejak aku SMA.
Tinggal pembantuku yang agak-agak lugu.
Ketika kesempatan itu tiba, aku
segera mengontak Andi agar datang ke rumahku. Segera setelah Andi masuk ke
kamarku, aku menyampaikan maksudku. Andi hanya tertawa dan segera meremas-remas
lembut kedua payudaraku. Aku bilang kalau aku serius. Tapi dia tidak perduli,
malah tangannya meraba-raba kemaluanku.
Kemudian dia membuka dasterku
sehingga aku hanya pakai celana dalam saja. Kemudian tangannya masuk ke celana
dalamku. Dia meremas kemaluanku. Kudorong dia ke ranjangku, kemudian kukunci
pintu dan kunyalakan BF di bagian yang sudah kupelajari. Kemudian kubuka
celananya.
Pertama kalinya, sambil melihat
BF di kamarku, aku mulai dengan memegang seluruh bagian burung. Rasa
penasaranku semakin menjadi-jadi saat menggenggam burungnya secara langsung.
Mulai kepalanya, batangnya dan telurnya. Kemudian kuusap-usap. Andi memejamkan
mata dan mendesah.
Kupikir, “Wah.., bisa nih..!”
Terus aku mulai dengan
mengurutnya seperti cara dia onani. Perlahahan-lahan, kemudian makin cepat.
Andi bergetar seperti orang kedinginan. Kepala burungnya mulai basah. Aku
semakin hanyut oleh perasaan. Senang rasanya kalau dapat membuatnya orgasme.
Lalu kulihat di BF, si cewek mulai memasukkan burung lawan mainnya ke mulut dan
memainkannya dengan lidah. Perlahan kucoba mendekatkan mulutku ke burungnya.
Dengan jelas kulihat kepala burungnya yang merah dan basah. Aku terhenti
sejenak.
Kemudian Andi berkata kalau aku
tidak siap tidak usah. Justru perkataannya semakin membuatku merasa egois. Dia
tidak jijik kok aku merasa jijik. Dengan cepat kumasukkan kepala burungnya ke
mulutku. Andi mengerang dengan keras. Rasanya aneh. Seperti rasa besi. Hihihi…
Aku melirik ke arah TV melihat apa saja yang dilakukan si cewek dan bagaimana
reaksi si cowok. Soalnya aku penasaran.
Kuhisap perlahan naik turun
sambil tanganku mengelus-elus telurnya. Konon katanya telur itu kalau
diusap-usap nikmatnya sebanding dengan kalau puting payudaraku diusap-usap.
Perasaan aneh karena bau dan rasa burung yang asing segera hilang melihat Andi
mengerang-erang dan memejamkan matanya karena nikmat. Aku ingat perasaanku saat
itu. Aku segera meneruskan aksiku.
Kulihat di TV si cewek meneteskan
ludahnya ke kepala burung dan menjilatinya. Aku menirunya. Woow.., si Andi
tampak menikmatinya. Lalu kujilati batang burungnya dari pangkal sampai ujung
kepalanya. Lalu kuhisap lagi sedalam-dalamnya, terus keluar masuk sambil
tanganku mengelus-elus telurnya.
Setelah berbagai gaya mengerjai
burung kulancarkan, Andi terlihat akan mencapai klimaks. Sambil merintih dia
memintaku mengocoknya. Aku mengocoknya dengan kecepatan tinggi sehingga dia
makin kejang-kejang tidak karuan. Aku tidak mengerti kecepatan yang sesuai
bagaimana. Tiba-tiba dari kepala burungnya menyemprot cairan putih banyak
sekali ke atas, kemudian jatuh. Sebagian mengenai rambutku, sebagian jatuh lagi
ke pahanya.
Di TV kulihat si cewek
cepat-cepat memasukkan burung cowoknya ke mulut begitu orgasme. Aku menirunya.
Kumasukkan burungnya ke mulutku dan kuhisap perlahan naik turun. Andi berkata
sesuatu tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas karena dia bergetar hebat.
Seluruh otot perut dan pantatnya mengejang. Kuhisap terus burungnya sampai
mulutku penuh cairan putih itu. Tiba-tiba burung Andi menjadi loyo tidak
bertenaga. Aku sempat bingung. Terus terlihat Andi yang terkapar tidak berdaya.
Dia berkata lagi bahwa spermanya
jangan diminum. Aku baru sadar bahwa mulutku penuh sperma sampai menetes ke
badanku. Rasanya aneh, hangat dan agak asin. Aku memuntahkan sperma Andi ke
wastafel, kemudian kumur. Rasa burung dan sperma seakan-akan mendominasi
mulutku sampai agak lama.
Kata pertama yang diucapkan Andi
waktu aku kembali adalah, “Hebatnya kocokanmu, sampai burungku mau lepas..!”
Aku agak bingung pertamanya. Baru
setelah itu kusadari kalau kocokanku terlalu cepat. Hihihi. Maklum baru
pertama. Saat itu perasaanku senang sekali dapat membalas ‘jasa’ Andi
memuaskanku. Jadi kini aku dapat juga memuaskan Andi.
Kadang kala timbul keinginan
memasukkan burungnya ke dalam kemaluanku, tapi Andi selalu menolak. Aku sendiri
kalau sedang nafsu tidak mampu mengontrol diriku sendiri.
Sampai saat ini, setelah sekian
lama berlalu, pengalaman itu tidak akan pernah kulupakan. Pengalaman peramaku
mencapai orgasme tanpa kehilangan keperawanan dan pelajaran memuaskan pria
tanpa berhubungan.